Sabtu, 27 Juli 2019

Adzan

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على مبعث رحمة للعالمين، نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم، أما بعد :



Allah _subhanahu wata'ala_ berfirman :

وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا، ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ

Dan apabila kalian menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan,
Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal. (QS. Al-Maidah: 58)


Yakni demikian pula jika kalian menyerukan azan untuk shalat yang merupakan amal yang paling afdhal bagi orang yang berpikir dan berpengetahuan dari kalangan orang-orang yang berakal, maka orang-orang kafir itu menjadikannya sebagai bahan ejekan dan permainan mereka.

Allah _subhanahu wata'ala_ berfirman :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ

Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah. (QS. Al-Jumu'ah: 9)

Tatkala sholat lima waktu telah ditentukan waktu-waktunya, lalu tidak boleh melaksanakannya sebelum masuk waktunya, dan kebanyakkan manusia mereka tidak mengetahui kapan masuk waktu sholat ? Atau mereka tersibukkan, sehingga tidak ada orang yang mengingatkan masuknya waktu sholat, maka Allah mensyariatkan adzan sebagai penanda telah tiba waktu sholat.

Disisi lain, telah tersebarnya satu amalan ditengah masyarakat kami ( katingan, khususnya Desa Telangkah ) yaitu; mengumandangkan adzan dan iqômah ketika memasukkan jenazah keliang kubur. Maka inilah diantara yang mendorong kami untuk menulis risalah ini, untuk mengingatkan amalan adzan ini, jangan sampai di amalkan bukan pada tempatnya.

Harapan kami semoga sedikit penjelasan kami ini, dapat menambah ilmu, dan dapat meluruskan amalan mereka yang melakukannya bukan pada tempatnya.


--------------------------------

Bab : Hadits tentang kisah awal di syareatkannya adzan.

Berkata al Imam al Bukhari rahimahullahu ta'ala

588 حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلاَنَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ ، قَالَ : أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ ، قَالَ : أَخْبَرَنِي نَافِعٌ ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ ، كَانَ يَقُولُ : كَانَ المُسْلِمُونَ حِينَ قَدِمُوا المَدِينَةَ يَجْتَمِعُونَ فَيَتَحَيَّنُونَ الصَّلاَةَ لَيْسَ يُنَادَى لَهَا ، فَتَكَلَّمُوا يَوْمًا فِي ذَلِكَ ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ : اتَّخِذُوا نَاقُوسًا مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ : بَلْ بُوقًا مِثْلَ قَرْنِ اليَهُودِ ، فَقَالَ عُمَرُ : أَوَلاَ تَبْعَثُونَ رَجُلًا يُنَادِي بِالصَّلاَةِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا بِلاَلُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلاَةِ

Telah menceritakan kepada kami Mahmûd bin Ghailân, beliau berkata : telah menceritakan kepada kami 'Abdurrazâq, beliau berkata : telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Juraij, beliau berkata : telah mengkhabarkan kepadaku Nâfi' bahwa Ibnu 'Umar berkata :

Adalah kaum muslimin ketika datang kemadinah, mereka musyawaroh mengenai tanda yang menandai ketika datang waktu sholat, karena tidak ada orang yang memanggil untuk sholat, merekapun pada suatu hari membicarakan hal tersebut, berkata sebagian mereka : Kita gunakan lonceng seperti loncengnya orang nasharâ, dan sebagian mereka lagi berkata : kita gunakan terompah, seperti punya yahudi, lalu berkata 'Umar : apakah kalian tidak mencari seorang saja untuk memanggil ( Adzan ) kepada sholat, maka berkatalah Rasûlullah shallallahu 'alaihi wasallam : Wahai bilal berdirilah, ( lalu beliaupun berdiri ) memanggil untuk sholat.

Fasal : Makna adzan secara bahasa dan istilah syariat

Makna secara bahasa : Memberitahukan, sedangkan makna secara syariat : Memberitahukan bahwa telah tiba waktu sholat, dengan lafadz-lafadz khusus.

Fasal : Penjelasan secara global dari kisah hadits tentang awal di syariatkannya adzan.

Adzan yang disyariatkan adalah adzan yang di kumandangkan untuk sholat lima waktu, dan telah di syariatkan pada tahun kedua dari hijrah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ke madinah, para sahabat berbeda pandangan ketika musyawaroh bagaimana menandai mengetahui datangnya waktu sholat ? maka sebagian merekapun berkata : kita nyalakan api yang besar, agar dengannya manusia akan mengetahui telah tiba waktu sholat. sebagian mereka lagi berkata : kita bunyikan lonceng saja ( lonceng seperti yang digunakan orang nasharâ dalam ibadah mereka ). dan sebagian lainnya berkata : kita tiup terompah saja ( sebagaimana yang dilakukan orang yahudi ). maka semua pandangan ini tidak disukai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka tiba-tiba ada seorang dari sahabat yaitu 'Abdullah bin Zaid, datang kepada Nabi menceritakan dalam mimpinya, bahwa ada seorang yang ditangannya lonceng, lalu berkata kepadanya : apakah aku mengikuti ini ? ia berkata : apa yang kamu lakukan dengannya ? ia berkata : untuk mengetahui apabila telah tiba waktu sholat. lalu orang yang didalam mimpinya berkata : maukah kamu aku tunjukkan kepada yang lebih baik daripada itu ? iapun berkata, tentu. maka orang itupun membacakan kepadanya adzân, dan membacakan kepada iqômah, maka tatkala dipagi hari iapun datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan mimpinya. lalu Nabipun bersabda :

《Ini mimpi yang hak, Insya Allah 》 lalu beliaupun mengajarkan kepada bilal, dan bilalpun adzân dengannya.

Faidah yang dapat di ambil dari kisah hadits diatas :

Adzan disyariatkan sebagai penanda telah tiba waktu sholat. Dan ini sebagai teguran bagi orang-orang yang mengumandangkan adzan bukan pada tempatnya; seperti mengumandangkan adzan dan iqômah pada saat memasukkan jenazah keliang kubur. Amal seperti ini tidak ada dalilnya, tidak pernah di contohkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Pada saat beliau meninggal, demikian juga para sahabat seperti Abu Bakr, 'Umar, Utsmân, Ali dan sahabat-sahabat yang lain radhiallahu 'anhum, tidak di adzan dan iqômah.

Maka kami menentang, datangkan dalilnya jika amal tersebut bagian dari agama Rasul shallallahu 'alaihi wasallam !?

Bab : Sifat adzan

Asy Syekh Muhammad bin Sholeh al 'Utsaimin berkata :
Setiap apa yang datang dari sunnah mengenai sifat-sifat adzan maka boleh untuk dilantunkan. Bahkan yang seharusnya bagi muadzdzin untuk melantunkan terkadang riwayat dengan lafadz ini, dan terkadang riwayat dengan lafadz yang ini, jika tidak menimbulkan tasywîsy dan fitnah.

Karna kaidah : bahwa ibadah-ibadah yang telah datang riwayatnya dengan sisi-sisi yang berbeda-beda, maka semestinya bagi seorang untuk mempraktekkan semua riwayat tersebut.

Diantara hadits yang menjelaskan sifat adzan; dari 'Abdullâh bin Zaid, riwayat Abu Dawûd (499) dan selainnya, dengan lafadz ;

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
أشهد أن لا إله إلا الله أشهد أن لا إله إلا الله
أشهد أن محمَّداً رسول الله أشهد أن محمَّداً رسول الله
 حي على الصلاة حي على الصلاة
 حي على الفلاح حي على الفلاح
 الله أكبر الله أكبر
 لا إله إلا الله

Adapun lafadz untuk iqômah adalah :

 الله أكبر الله أكبر
 أشهد أن لا إله إلا الله
أشهد أن محمَّداً رسول الله
 حي على الصلاة
 حي على الفلاح
 قد قامت الصلاة قد قامت الصلاة
 الله أكبر الله أكبر ، لا إله إلا الله.


Fasal :  Penjelasan lafadz adzân secara global

Adzân yang lafadz-lafadznya sedikit dan ringkas,  mencakup di dalamnya masalah-masalah aqîdah, karena dimulai dengan lafadz takbir, dimana di dalam lafadz ini terkandung makna wujud Allah dan kesempurnaan-Nya, kemudian masalah tentang mentauhidkan Allah, dan menafikan-Nya dari kesyirikan, kemudian terkandung penetapan risalah yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian juga terkandung perintah mentaati beliau di akhir syahadat tersebut, karena kita tidak akan mengetahui agama ini kecuali dari sisi beliau, kemudian terkandung di dalamnya seruan kepada keberuntungan yang abadi, dan isyarat kepada hari akhir, kemudian lafadz-lafadz ini di ulang sebagai penekanan. kemudian dengan adanya adzan kita mengetahui datangnya waktu sholat, seruan untuk berjama'ah, terlihatnya syiar-syiar islam.

Bab : Keutamaan bagi muadzdzin

Hadits pertama :

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
لو يعلم الناس مافي النداء والصف اﻷول ثم لم يجدوا إلا أن يستهموا عليه ﻷستهموا، ولو يعلمون ما في التهجير ﻷستبقوا إليه، ولو يعلمون ما فالعتمة والصبح، ﻷتوهما ولو حبوا؛ رواه البخاري ومسلم

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu beliau berkata : Rasulullah shallallah 'alaihi wasallam bersabda :
Seandainya manusia mengetahui apa yang ada pada adzan dan shaff pertama, kemudian mereka tidak bisa mendapatkannya kecuali dengan undian, niscaya mereka melakukannya, dan kalau seandainya mereka mengetahui apa yang ada didalam bersegera mendatangi sholat, niscaya mereka akan saling berlomba-lomba, dan kalau seandainya mereka mengetahui apa yang ada pada sholat ashar dan shubuh, niscaya mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak. HR. Bukhari dan Muslim

Hadits kedua :

عن عبد الله بن عبد الرحمن بن أبي صعصعة ؛
أن أبا سعيد الخدري رضي الله عنه قال له : إني أراك تحب الغنم والبادية، فإذا كنت في غنمك أو باديتك فأذنت للصلاة، فأرفع صوتك بالنداء، فإنه لا يسمع مدى صوت المؤذن جن ولا إنس، ولا شئ إلا شهد له يوم القيامة.
قال أبو سعيد : سمعنه من رسول الله صلى الله عليه وسلم.
رواه مالك والبخاري والنسائ وابن ماجه وزاد :
ولا حجر ولا شجر إلا شهد له.

Dari 'Abdullah bin 'Abdurrahman bin Abi Sha'sha'ah;
Bahwa Abu Sa'îd al Khudry radhiallahu 'anhu berkata kepada beliau :
Sesungguhnya aku meliha kamu senang mengembala kambing di lembah, maka apabila kamu dalam gembalaanmu atau di tengah lembah maka kamu adzanlah untuk sholat, keraskanlah suaramu, karena tidaklah mendengar sepanjang suara muadzdzin jin,  tidak pula munusia dan tidak juga sesuatu kecuali memberikan kesaksian untuknya pada hari kiamat.
Berkata Abu Sa'îd aku telah mendengarnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
HR. Mâlik, Bukhary, Nasâi dan Ibnu Mâjah dan beliau menambahkan :
Tidak juga bebatuan, pepohonan kecuali memberikan kesaksian untuknya.

Hadits ketiga :

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
يغفر للمؤذن منتهى أذانه، ويستغفر له كل رطب ويابس سمعه.

رواه أحمد بإسناد صحيح، والطبراني في الكبير

Dari 'Abdullah bin 'Umar radhiallahu 'anhuma beliau berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

Dimintakan ampun bagi muadzdzin sepanjang suara adzannya, dan akan memintakan ampun untuknya setiap benda basah dan kering yang mendengarnya.
HR. Ahmad dengan sanad yang shahîh, Thabráni dalam al Kabîr

Bab : Adab-adab muadzdzin

Diantara adab muadzdzin :

● Berwudhu, telah sepakat para fuqahâ bahwa bersuci dari hadats kecil dan besar adalah perkara yang di minta  bagi orang yang mengumandangkan adzan dan iqômah, dan lebih di tekankan lagi pada saat iqômah karena langsung bersambung dengan melaksanakan sholat.

● Menghadap ke arah kiblat, telah sepakat para 'Ulama ahli fiqh disunnahkan bagi para muadzdzin menghadap ke arah kiblat ketika adzan dan iqômah, dan makruh membelakanginya kecuali orang yang mendengar, berkata ibnul Mungdzir :
Telah di sepakati, termasuk dari sunnah menghadap kiblat ketika adzan.

● Adzan dari tempat yang tinggi, perkara ini telah di sepakati termasuk di sukai adzan dari tempat yang tinggi seperti menara masjid dan yang semisal.

● Menutup lobang telinga dengan kedua jari telunjuk ketika adzan. Jumhûr fuqahâ mengatakan disukai perkara ini.

● Hati-hati, pelan-pelan dan tidak tergesa-gesa. Yaitu melafadzakan dengan memberikan jeda antara dua kalimat adzan, sehingga bisa memberikan keluasan bagi orang yang menjawab adzan.

● Memalingkan muka pada saat sampai pada dua kalimat; memalingkan muka ke arah kanan pada kalimat : حي على الصلاة
Dan berpaling kearah kiri pada kalimat : حي على الفلاح

Telah sepakat para 'Ulama ahli fiqh berpaling ketika sampai pada dua kalimat ini.

Bersalawat kemudian berdo'a ketika selesai adzan

Ketika muadzdzin selesai mengucapkan : لا إله إلا الله Lâ ilâha illallâh, kemudian setelah itu kita bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kita katakan :
اللهم صلى على محمد
Allâhumma shalli 'alâ muhammad

Siapa yang berashalawat kepada beliau satu kali maka Allah akan balas sepuluh kali untuknya.

Kemudian kita membaca do'a ;

اللهم رب هذه الدعوة التامة، والصلاة القائمة، آت محمدا الوسيلة والفضيلة، وابعثه ومقاما محمودا الذى وعدته.

Siapa yang membaca do'a ini maka halal baginya syafâ'at Rasûlullah shallallahu 'alaihi wasallam, sebagaimana sabda beliau di akhir do'a ini;

حلت له شفاعتي يوم القيامة.
Hadits riwayat bukhari, dari Jâbir bin 'Abdillah

Do'a antara waktu adzan dan iqômah.

عن أنس رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
الدعاء لا يرد بين اﻷذان واﻹقامة. رواه أبو داود والترمذي وقال : حديث حسن

Dari Anas Radhiallahu 'anhu beliau berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

Do'a tidak di tolak antara waktu adzan dan iqômah. HR. Abu Dâwud dan Tirmidzi, beliau berkata : hadits hasan


Fasal : Faidah-faidah dari pembahasan hadits seputar adzan

Marâji' :

1. Al-Qur'ânul karîm
2. Shahîh Bukhari
3. Shahîh Muslim
4. Shahîh at Targhîb wat Tarhîb, Tahqîq asy Syekh Muhammad Nashîruddîn al albâny
5. Al Mulakhs al Fiqhy li Fadhîlatisy syekh Shôleh bin Fauzân al Fauzân
6. http://hadithportal.com/index.php?show=hadith&h_id=588&sharh=31717&book=33

7. https://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=79&ID=1307

8. https://www.alimam.ws/ref/120


Daftar isi :
1. Pendahuluan
2. Bab : Hadits kisah awal di syareatkannya adzan
Fasal :
Makna adzan secara bahasa dan istilah
Fasal :
Penjelasan secara global dari kisah hadits tentang adzan
5. Bab : Sifat lafadz-lafadz adzan
Fasal : Makna lafadz adzan
Penjelasan secara global makna lafadz adzan
6. Bab : Keutamaan bagi muadzdzin
7. Bab : Adab-adab muadzdzin
Fasal : Faidah-faidah dari pembahasan hadits seputar adzan
Beberapa kesalahan penempatan adzan di tengah masyarakat katingan-Kalteng


Riwayat singkat penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar