Rabu, 24 Oktober 2018

KEUTAMAAN MENJAUHI FITNAH


Dari Al-Miqdâd bin Al-Aswad radhiyallâhu ‘anhu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ السَّعِيْدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ إِنَّ السَّعِيْدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ إِنَّ السَّعِيْدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ وَلَمَنِ ابْتُلِيَ فَصَبَرَ فَوَاهًا

“Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah seseorang yang terhindar dari fitnah (ujian, cobaan), sesungguhnya orang yang berbahagia adalah seseorang yang terhindar dari fitnah, sesungguhnya orang yang berbahagia adalah seseorang yang terhindar dari fitnah, dan barang siapa yang mendapat ujian lalu bersabar, (hal itu) sungguh sangat menakjubkan.”
[Diriwayatkan oleh Abu Dawud, sunan Abu Dawud fitan wal malâhi ( 4263 )
Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam al misykâh ( 5405 ) dan ash shahihah ( 973 )

📝 Definisi Fitnah 
al-Azhary, ibnu Faris, dan yang lainnya menyebutkan makna fitnah secara bahasa; ujian, cobaan, juga termasuk makna didalamnya dosa-dosa, kekufuran, peperangan, pembakaran, goncangan, atau berpaling dari sesuatu ke sesuatu yang lain, termasuk juga maknanya fitnah harta, fitnah anak-anak, fitnah berbeda dalam pandangan, pemikiran.

Adapun makna fitnah dalam al-Qur'an dan sunnah, diantaranya;
Ujian, cobaan, sebagaimana dalam QS. al ankabut : 2
Atau orang yang menghalang-halangimu dan membantahmu, sebagaimana dalam QS. Al maidah : 49, lihat tafsir alQurthubi
Atau bi makna Adzab, sebagaimana dalam QS. an Nahl : 110
Atau maknanya syirik dan kufur, sebagaimana dalam QS. al Baqarah : 193
Atau maknanya kesesatan, sebagaimana dalam QS. Al-maidah : 41, makna fitnah dalam ayat ini kesesatan, lihat al-Bahrul muhith ( 4/262 ) Abi Hayyan.

Sabda Rasul ( جُنِّبَ الفِتَن ) terhindar dari fitnah (ujian, cobaan).
Sebagai isyarat bahwa; terhindarnya seorang hamba dari fitnah, selamat darinya, terjaga dari kejelekannya, adalah anugerah dan keutamaan dari Allah subhanahu wata'ala.

Maka faidah yang paling berharga dari hadits ini :
Bahwa seorang muslim tidak sepantasnya untuk meminta, mencari-cari fitnah, menampakkan dirinya kepada fitnah tersebut, menyibukan dalam permasalahan fitnah, serta mengikutinya,  merasakan dirinya pada panas dan kejelekan fitnah tersebut; padahal yang diminta darinya untuk menjauhinya, menghindar darinya, berusaha mencari jalan keselamatan dari kejelekannya, sehingga ia terhindar dari fitnah, memohon dan meminta kepada Allah keselamatan, sebab siapa saja yang di beri keselamatan diri dalam keadaan sehat wal afiat sungguh ia telah di beri kebaikan.

Maka seseorang hendaknya memohon dan  meminta kepada Allah subhanahu wata'ala keselamatan, dan tidak menceburkan dirinya kedalam fitnah.

Beberapa kaidah agar terhindar dari fitnah :

●  Bertaqwa kepada Allah subhanahu wata'ala, membawa dirinya untuk menjadi orang yang bertaqwa, menempuh jalan-jalan taqwa dan menjihadi dirinya untuk merealisasikan dan melaksanakan taqwa kepada Allah. Allah subhanahu wata'ala berfirman :

﴿وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ﴾

[ QS. At Thalaq : 2-3 ]

Perhatikan dalam ayat yang mulia ini.
 ﴿يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا﴾
yakni, jalan keluar dari setiap ujian dan cobaan, fitnah dan kejelekan. Maka ayat ini menunjukan dengan merealisasikan taqwa kepada Allah adalah jalan keselamatan dari fitnah.

● Senantiasa berpegang teguh dangan alQur'an dan sunnah, Allah subhanahu wata'ala berfirman :

﴿وَمَن يَعْتَصِم بِاللّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴾

[ QS. Ali Imran : 101]

Juga Allah subhanahu wata'ala berfirman :

﴿وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ﴾

[ QS. Ali Imran : 103 ]

● Senantiasa menetapi jama'ah dan menjauh dari hal-hal yang menyebabkan perpecahan; karena berjama'ah itu sebagaimana di katakan oleh Rasul shallallahu alaihi wasallam adalah rahmat dan perpecahan itu adalah adzab.

● Kembali kepada para Ulama yang muhaqqiqin, serta kepada para ahli fiqih yang mudaqqiqin, orang-orang yang tinggi ilmunya, yang masyhur dengan keimaman, keutamaan dan kebaikan. Maka seorang muslim tidak sepatutnya kembali kepada setiap orang, bertanya kepada siapa saja. Tidak sepatutnya mengembalikan perkara kontemporer kepada setiap orang. Namun hendaknya ia mengembalikan perkara kontemporer dan fitnah kepada para ulama. Rasul sallallahu alaihi wasallam bersabda :

 (البركةُ مع أكابركم)

"Barokah itu bersama orang-orang besar kalian"
Maksudnya orang-orang besar; dalam hal ilmu, pengajaran dan banyak memberikan pemahaman kepada ummat, yang nampak pada mereka sifat kelemah lembutan, kehati-hatian, perhatian dan kasih sayang mereka kepada ummat.

● Senantiasa memiliki sifat kelemah lembutan dan tidak tergesa-gesa. Karena dalam sifat kelemah lembutan itu terdapat kebaikan dan barokah, bahkan tidaklah kelemah lembutan itu ada pada sesuatu melaikan akan menghiasinya menjadi indah, namun bila di cabut dari sesuatu itu melainkan akan memperburuk sesuatu itu.

● Senantiasa berdo'a dan memohon kepada Allah ta'ala, menghadap kepada-Nya penuh dengan kejujuran. Allah subhanahu wata'ala tidak menolak do'a seorang hamba, dan Allah nyatakan dalam al-Qur'an :

﴿وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ ﴾

[ QS. Al Baqarah : 186 ]

Dan juga Allah ta'ala berfirman :

(وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ﴾

[ QS. Ghafir : 60 ]

Alhamdulillahirobbil'alamin

Muhammad Rifqi
Desa Telangkah-Katingan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar