Jumat, 22 Maret 2019

Mengenal siapakah tetangga kita ?


Allah subhanahu wata'ala berfirman :



وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا (36)

"Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat. anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kalian miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri". ( QS. An Nisaa : 36 )

Hadits Pertama :

وعن عائشة وابن عمر - رضي الله عنهم - عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال : " مازال جبريل يوصيني بالجار ، حتى ظننت أنه سيورثه " . متفق عليه .

Dari Aisyah dan Ibnu 'Umar -radhiallahu anhum - dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda :
"Terus menerus Jibril mewasiatkan [ kepadaku untuk menjaga hak tetangga dengan berbuat ihsan, dan menghilangkan gangguan darinya, red ] hingga aku menyangka [ Jibril mensyarikatkan dalam warisan, red ]" Muttaqan alaihi

Hadits kedua :

عن أبي ذر قال: إن خليلي ﷺ أوصاني: إذا طبخت مرقة فأكثر ماءها ثم انظر أهل بيتٍ من جيرانك فأصبهم منها بمعروف.
أخرجه مسلم، كتاب البر والصلة، باب الوصية بالجار والإحسان إليه، (4/ 2025)، رقم: (2625).

Dari Abu Dzar beliau berkata : sesungguhnya kekasihku shallallahu 'alaihi wasallah berwasiat kepadaku :
"Apabila engkau memasak maka perbanyaklah kuahnya, kemudian lihatlah penghuni rumah dari tetanggamu, maka berikan kepada mereka sebagiannya dengan cara yang baik.

Hadits ke tiga :

وعن أَبي هريرة : أَن النَّبيَّ ﷺ قَالَ: واللَّهِ لا يُؤْمِنُ، واللَّهِ لا يُؤْمِنُ، واللَّهِ لا يُؤْمِنُ، قِيلَ: مَنْ يا رسولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الَّذي لا يأْمنُ جارُهُ بَوَائِقَهُ مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
وفي روايةٍ لمسلمٍ: لا يَدْخُلُ الجنَّة مَنْ لا يأْمَنُ جارُهُ بوَائِقَهُ.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu : bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
"Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, dikatakan : siapa wahai Rasulullah ? Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya". Muttafaqan alaihi

Dan dalam riwayat Muslim :
Tidak masuk surga seorang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.

Penjelasan :

Tetangga adalah yang berdampingan, menyentuh, dan bersebelahan denganmu.

Disebutkan dalam sebagian atsar, bahwa tetangga 40 rumah dari semua sisi kanan, kiri, depan belakang. dan tidak diragukan lagi bahwa yang berdampingan, menyentuh, dan bersebelahan adalah tetangga kita.

Adapun selain itu, apabila shahih riwayat dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maka yang benar apa yang datang dari beliau.
Jika tidak, maka kembali kepada urf/ kebiasaan, yakni apabila orang menganggapnya tetangga maka, ia tetangga.

Berkata para Ulama rahimahullahu ta'ala, tetangga itu ada tiga :

● Tetangga, dekat, dan beragama islam, maka baginya tiga hak, hak sebagai tetangga, hak kekerabatan dan hak sesama muslim.

● Tetangga beragama islam tapi jauh, maka baginya dua hak, hak sebagai tetangga, dan hak sesama islam.

● Tetangga yang bukan islam, maka baginya satu hak, yaitu hak sebagai tetangga. Namun apabila posisinya dekat dengan kita maka, baginya juga hak kekerabatan.

Inilah tetangga-tetangga yang bagi mereka ada hak-hak yang wajib untuk ditunaikan dan hak-hak yang ditinggalkan.

Faidah :

1. Wajib berlaku baik terhadap tetangga, bahkan berbuat baik kepada tetangga di samakan oleh Allah dengan berbuat baik kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin.

2. Wajib atas seseorang apabila diluaskan rizqinya oleh Allah, untuk merasakan sebagian rezqinya kepada tetangga, walaupun yang diberi makanan.

3. Ganguan-gangguan seperti menipu, mengkhianati, mendholimi, memusuhi, wajib dijauhkan dalam bertetangga.

4. Haramnya bermusuhan dengan tetangga, baik dengan ucapan ataupun perbuatan.

5. Wajibnya menjauhkan sebab-sebab yang bisa menimbulkan permusuhan terhadap tetangga, seperti membunyikan suara besingan, suara tv, radio, musik dan semisalnya yang terlalu nyaring. Bahkan suara dari al Qur'an yang dinyaringkan bukan pada tempatnya tidak diperbolehkan.

6. Rasulullah menafikan kesempurnaan keimanan pelakunya, bukan sifat seorang muslim.

7. Termasuk kesombongan dan bangga diri lalai terhadap tetangga.

_Washallallahu 'alâ Nabîyinâ Muhammad wa 'alâ âlihi wa sallam_

Muhammad Rifqi al Katingani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar