Senin, 11 Maret 2019

PENJELASAN RINGKAS TENTANG SIAPAKAH WALI ALLAH ?


Tulisan 3 tahun yang lalu [ Selasa, 24 Febuari 2015 M ]



Allah Azza wa Jalla berfirman :

﴿ ألا إن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون ۝ الذين آمنوا وكانوا يتقون ۝﴾يونس :

"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak [pula] mereka bersedih hati.۝ [Yaitu] orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa".( QS:Yunus; 62-63 )

Wali artinya : Mahabbah, atau Qurbah.
Mereka adalah orang-orang yang mendekatkan diri dan mencintai Allah Azza wa Jalla, oleh karena itu mereka dinamakan wali karena mereka dekat kepada Allah, dan Allah mencintai mereka, Allah ta’ala berfirman :

﴿ إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين ﴾

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri".( QS.al Baqarah : 222 )

Juga dalam firman-Nya :

 ﴿ إن الله يحب المحسنين ﴾

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik". ( QS.al Baqarah ; 195 )

Allah telah menjelaskn kepada kita para wali ini adalah : orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. ( QS:Yunus; 62-63 )

Maka para wali adalah, yang terkumpul pada mereka Iman dan Taqwa.

Bukanlah para wali Allah orang-orang yang mengaku wali padahal mereka tidaklah beriman, dan bukan pula wali Allah orang yang beriman namun dia tidak bertaqwa, Betapa banyak orang-orang yg mengaku-ngaku wali namun dia ahlu maksiat lagi fasiq, mengajak manusia untuk menyembahnya, mentaatinya pada segala sesuatu, dan menyatakan bahwa Allah telah menghalalkan segala sesuatu untuknya, sampai pada perkara-perkara yang diharamkn dikarenakan dia menganggap dirinya sudah sampai pada puncak kesholehan dan telah keluar dari hukum-hukum syareat, tidak butuh lagi kepada Ibadah. Maka mereka ini adalah musuh-musuh Allah Azza wa Jalla.

Ketahuilah bahwasanya seperti apapun kesholehan dan ibadahnya seseorang tetap dia tidak keluar dari ‘Ubudiyah, tidk pula Malaikat, wali, bahkan para Nabi, sampai Nabi kita Muhammad Shalallahu Alaihi wasallam pun tidak keluar dari ‘Ubudiyah  beliau menyatakan : Demi Allah sesungguhnya Aku berharap untuk aku lebih tau dan bertaqwa kepada Allah dari kalian, dikeluarkn oleh al Bukhary 5063, Muslim 1110 keduanya dengan lafadh yg dekat.

Padahal beliau adalah Sayyidul Basyar dan orang yang paling baik lagi mulia yang berjalan di atas muka bumi ini, dan Allah Azza wa Jalla berfirman kepada beliau :

"dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yakin [ajal]". ( QS. al Hijr ; 99 )
Tidak ada seorangpun yang sampai dari apa yg telah dicapai oleh beliau Shalallahu ‘Alaihi wasallam.

Sampai kepada ‘Isa Alaihis salam pun Allah Azza wa Jalla berfirman padanya :

"Al Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak [pula enggan] malaikat-malaikat yang terdekat [kepada Allah]. Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya, dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya.۝ Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah". ( QS.an Nisa ; 172-173 )

Maka lihatlah orang-orang yang mulia seperti ini para Nabi dan Rasul tidak keluar dari ‘Ubudiayah kepada Allah! namun orang-orang yang mengaku sebagai wali Allah sudah tidak  terbebani syareat Allah Azza wa Jalla, apakah mereka lebih mulia daripada para Nabi dan Rasul ?!!sehingga  tidak terbebani syareat lagi ?!

Maka siapa yang mengaku sebagai wali namun dia tidak beriman dan tidak bertaqwa, maka sesungguhnya dia adalah DAJJAL DAN PENDUSTA.

Terkadang Orang-orang yang mengaku sebagai wali ini adalah : para dukun-dukun, tukang sulap, penyihir, para normal [ padahal hakikatnya mereka bukan orang-orang yg normal, karena amalan mereka ], tuan guru, dan yg semisal mereka.
Maka jelaslah para wali Allah itu adalah, yang terkumpul padanya :
1. Iman
2. Taqwa

Manusia dalam hal ke-walian/kecintaan dan kebencian terbagi menjadi 3 macam;

1. Para wali-wali Allah yang murni, yaitu dari kalangan para Malaikat, Nabi, Siddiqin, Syuhada, dan Sholihul Mu’minin.

2. Musuh Allah yang murni, dari kalangan Musyrik, Kuffaar, Munafiq dengan nifaq yang besar, mereka ini adalah musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka [berita-berita Muhammad], karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan [mengusir] kamu karena kamu beriman kepada Allah, Rabb kalian. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku [janganlah kamu berbuat demikian]. Kamu memberitahukan secara rahasia [berita-berita Muhammad] kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus". ( QS. Al Mumtahanah; 1 )

Dan Allah berfirman :

"Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka".( QS. al Mujadilah: 22 )

Juga dalam firman-Nya :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali-wali[mu]; sebahagian mereka adalah wali bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi wali pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim".( QS.al Maidah ;51 )

3. Orang-orang yang pada mereka dicintai dari satu sisi, dan musuh dari sisi yang lain, mereka ini adalah : al Muslimul ‘ashy [ Muslim yang maksiat ] pada muslim yang seperti ini ke-walian dan permusuhan kita kepada mereka sesuai kadar apa yang bersama mereka dari ketaatan dan kemaksiatan, maka setiap muslim adalah wali bagi Allah akan tetapi sesuai apa yang bersamanya dari keimanan kepada Allah ta'ala.

Wajib bagi kita untuk mencintai wali-wali Allah, iqtida kepada mereka, serta mendekati mereka.
Dan kita tidak melebihkan seorangpun dari kalangan para wali terhadap seorang dari kalangan para Nabi ‘Alaihimus salam.

Ini adalah bantahan dan peringatan terhadap orang-orang Shufi, orang-orang Shufi ini ghuluw terhadap para wali, mereka meyakini bahwa wali lebih afdhal dari para Nabi.
Adapun Ahlu Sunnah mereka tidak ghuluw terhadap para wali, mereka tempatkan sesuai dengan kedudukan yang Allah berikan kepada mereka.

Adapun Shufi yang sesat ini mereka melebihkan para wali dari padapada para Nabi. sampai mereka mengatakan : tingkat kenabian dalam kedudukan, diatas rasul dan selain wali.

Ini merupakan kekufuran, karena yang paling afdhal adalah : para Rasul, kemudian para Nabi, kemudian para wali, dan sebab mereka mendahulukan dan mengutamakan para wali diatas para Nabi menurut persangkaan mereka adalah : bahwasanya wali mengambil ilmu dari Allah secara langsung, sementara para Nabi mengambil ilmu dengan pelantara.

Maka kita katakan : Nabi satu lebih afdhal dari semua para wali.
Dan ini tidak diragukan lagi, semua para wali dari awal makhluk sampai akhir tidak dapat menandingi satu Nabi, inilah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
والحمد لله رب العالمين
كتبه : محمد رفقي ابن جنيدى الكتنجاني

Tidak ada komentar:

Posting Komentar